Tuesday, July 13, 2010

Ruwetnya Permasalahan Transportasi Di Jakarta

Permasalahan kemacetan lalulintas di DKI Jakarta sudah menjadi isu utama beberapa tahun terakhir. Permasalahan kemacetan sebagaimana permasalahan banjir merupakan salah satu permasalahan yang selalu menjadi focus perhatian Pemerintah Daerah DKI Jakarta sejak sepuluh tahun terakhir. Namun hingga kini, permasalahan kemacetan lalu lintas masih selalu menjadi momok yang belum dapat dipecahkan secara tuntas. Adalah menjadi pemandangan yang sudah sangat biasa menyaksikan kemacetan di seluruh ruas jalan di DKI Jakarta. Tingkat kemacetan tersebut tidak hanya terjadi di jalan-jalan protokol ibukota, bahkan sudah sampai ke jalan arteri.

Tingkat kemacetan yang sudah sedemikian parah tersebut tentu saja semakin mendorong biaya ekonomi yang semakin tinggi di DKI Jakarta. Akibat kemacetan lalu lintas, tentu saja mendorong penggunaan bahan bakar yang tidak efesien, terganggunya jalur distribusi dan semakin tingginya opportunity cost yang harus dikeluarkan oleh setiap orang di DKI Jakarta.

Pemerintah Daerah DKI Jakarta bukannya tutup mata melihat permasalahan kemacetan lalu lintas ini. Namun mengurai permasalahan kemacetan di DKI Jakarta ibarat mengurai benang yang sudah kusut. Berbagai factor ikut mendorong terciptanya tingkat kemacetan lalu lintas. Peningkatan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan peningkatan infrastruktur jalan merupakan salah satu factor yang mendorong semakin parahnya tingkat kemacetan di DKI Jakarta dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi hal tersebut Pemda DKI Jakarta sudah menerapkan pola three in one di beberapa ruas jalan protocol ibukota. Namun, penerapan system tersebut belum dibarengi dengan penyediaan fasilitas transportasi umum yang memadai.

Sudah menjadi rahasia umum, apabila permasalahan transportasi umum di DKI Jakarta juga masih sangat memprihatinkan. Kondisi fasilitas transportasi umum yang jauh dari memadai baik dari sisi kuantitas apalagi kualitas, belum mampu mengendalikan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi di ibukota. Fasilitas transportasi umum yang ada saat ini, baik kereta ataupun angkutan kota masih jauh dari memadai. Sebagian besar kondisinya sudah tidak layak. Belum lagi permasalahan kenyamanan dan keamanan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah beberapa tahun terakhir, Pemda DKI Jakarta mengembangkan salah satu moda transportasi masal yaitu busway. Pengembangan moda transportasi massal ini diharapkan mampu mengurangi beban kemacetan di ibukota DKI Jakarta. Asumsi pengembangan moda transportasi busway ini adalah, akan semakin berkurangnya jumlah kendaraan pribadi yang akan masuk ke DKI Jakarta, karena sebagian besar masyarakat yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi akan beralih ke transportasi busway tersebut.

Pengembangan busway hingga saat ini sudah mencapai koridor 1 s/d 8 yang telah beroperasi, dan telah diselesaikan infrastruktur untuk koridor 9 dan 10. Bahkan direncanakan hingga tahun 2012 sudah dapat dioperasikan 15 koridor busway. Pengembangan transportasi massal busway, pada awalnya memang masih menjadi perdebatan public. Sebagian besar menyangsikan kalau moda transportasi tersebut dapat mengurai permasalahan ketersediaan sarana transportasi dan kemacetan di DKI Jakarta.

Kehadiran busway sebagai salah satu sarana transportasi massal di DKI Jakarta, meskipun masih banyak kekurangannya tetapi diyakini telah memberikan alternative tersedianya sarana transportasi di DKI Jakarta yang cukup terjangkau namun juga cukup aman dan nyaman. Kondisi sarana trasnportasinya yang masih bagus, dan didisain terhindar dari kemacetan memberikan alternative kepada masyarakat untuk menikmati sarana trasportasi yang lebih manusiawi dibandingkan dengan kondisi sarana transportasi umum yang ada selama ini.

Kehadiran busway, sedikit banyak telah mendorong sebagian masyarakat yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi untuk beralih ke sarana trasnportasi ini. Meskipun berdasarkan data yang dimiliki Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), menunjukkan bahwa sejak diluncurkannya Bus Transjakarta, pengguna mobil yang beralih ke bus berjalur khusus ini hanya 7,1 persen dan pengguna sepeda motor 15,4 persen. Sedangkan sisanya merupakan peralihan penumpang angkutan umum reguler seperti metromini, dan mikrolet. Dari data tersebut menunjukkan target yang diinginkan dibangunnya moda transportasi ini belum tercapai.

Belum tercapainya tujuan dikembangkannya sarana transportasi busway, lebih banyak disebabkan masih terbatasnya koridor yang sudah dapat dilayani sarana transportasi ini. Sampai saat ini baru delapan koridor yang sudah dapat beroperasi. Itupun di beberapa koridor, infrastrukturnya masih belum memadai sebagaimana yang diharapkan. Jalur khusus busway yang dibangun, di beberapa koridor masih terkendala dengan sempitnya jalan yang ada dan menyebabkan jalur khusus tersebut belum dapat beroperasi secara optimal. Belum beroperasinya secara optimal jalur khusus busway di beberapa koridor, menyebabkan waktu tempuh yang masih cukup panjang. Apalagi hal tersebut juga belum didukung oleh sarana kendaraannya dengan jumlah yang memadai. Sehingga dari beberapa koridor yang sudah beroperasi hingga saat ini, baru koridor I yaitu Blok M-Kota yang relative lancer. Hal tersebut dapat dilihat dari frekuensi kedatangan bus. Pada koridor I, jarak waktu kedatangan antar bus relative sudah pendek, rata-rata setiap 10-15 menit sekali. Namun untuk koridor yang lain, jarak waktu antar bus lebih lama lagi. Jarak waktu antar bus tentu saja sangat dipengaruhi oleh panjang jarak tempuh, jumlah kendaraan dan kelancaran jalurnya sendiri.

Semakin panjangnya jarak waktu kedatangan antar bus akan menyebabkan penumpukan penumpang di setiap halte. Hal ini dapat disaksikan pada halte-halte yang merupakan halte transit yang menghubungkan beberapa koridor, seperti di Dukuh Atas, Harmoni, Senen, dan Kampung Melayu, antrian penumpangnya selalu terlihat cukup panjang. Apalagi pada saat jam berangkat kerja dan pulang kerja. Hal ini menandakan bahwa frekuensi kedatangan busnya masih cukup panjang.

Disamping itu, salah satu tujuan dikembangkannya sarana transportasi Bus TranJakarta atau yang lebih dikenal dengan busway ini adalah menyediakan sarana transportasi massal yang aman dan nyaman. Namun pada kenyataannya, hingga saat ini selalu terjadi penumpukan penumpang tidak hanya di halte bus, tetapi juga di dalam bus. Hal ini tentu saja sangat mengganggu tingkat kenyamanan penumpang. Apabila hal ini tidak segera diperbaiki, maka jangan berharap banyak, akan terjadi peralihan dari pengguna kendaraan pribadi ke transportasi ini.

Disamping permasalahan sarana busway yang masih belum memadai, permasalahan tarif busway juga masih menjadi kendala. Tarif yang berlaku saat ini yaitu Rp. 3.500,- per orang menurut pengelola Bus TranJakarta sudah tidak memadai lagi. Karena berdasarkan perhitungan, biaya operasional busway secara ekonomi adalah Rp. 6.000,- per orang. Berarti Pemda masih harus memberikan subsidi sebesar Rp. 2.500,- per orang, yang harus ditanggung dengan APBD. Hal ini dirasakan sudah terlalu memberatkan keuangan daerah.

Tapi untuk menaikkan tariff, seharusnya juga pengelola Busway memperhatikan tingkat pelayanan yang saat ini sudah diberikan. Berdasarkan pengamatan yang ada, sebagaimana sudah disebutkan diatas, pelayanan yang saat ini diberikan juga masih jauh dari yang diharapkan. Seharusnya Pemda sebagai regulator dapat menetapkan standar pelayanan umum, sebelum dinaikkannya tariff. Standar pelayanan umum, juga semestinya mengacu pada tingkat kepuasaan dan kebutuhan masyarakat pengguna, disamping juga memperhatikan biaya operasional yang harus dikeluarkan pengelola.
Tarif (pricing) merupakan instrumen pengalokasian sumberdaya. Yang penting disini adalah sumber-sumber daya transportasi bisa dimanfaatkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kemasyarakatan. Beberapa tujuan itu antara lain: keamanan, keselamatan, keandalan dan kenyamanan. Tujuan-tujuan ini hampir tidak pernah bisa dicapai. Sistem tarif yang berlaku cenderung flat membuat sumber-sumber daya transport digunakan berlebihan pada jam puncak dan sebaliknya pada jam sepi. Hal ini bisa mengurangi mutu pelayanan karena akan terjadi bus berkejaran penumpang pada jam sibuk dan ngetem pada jam sepi. Kemandirian finansial (penerimaan harus menutup biaya operasi) tidak harus menjadi tujuan, kalau kemudian tujuan yang lebih penting di atas tidak tercapai. Kemandirian finansial dengan sistem setoran justru membuat mutu rendah dan persaingan tidak sehat.

Upaya untuk menekan biaya operasi tetap perlu dilakukan, khususnya melalui persaingan. Untuk ini perlu menetapkan standar mutu pelayanan sebagai acuan persaingan. Pada prinsipnya tarif ditetapkan secara independen dari biaya operasi. Biaya operasi bersifat fixed dan merupakan fungsi dari standar operasi sedang tarif ditetapkan berdasarkan willingness to pay dari masyarakat pengguna dan tujuan-tujuan kemasyarakatan yang lain. Kelemahan tarif yang berlaku sekarang adalah menjual produk “murahan” dengan harga serendah mungkin tanpa memperhatikan pelayanan. Tarif “murahan” bisa berarti mahal bagi masyarakat pengguna jika dilihat pengorbanannya (opportunity cost) yang harus dikeluarkan seperti berjejal-jejal, terlambat, ngetem, berbahaya dan beresiko.

Yang optimal adalah menetapkan standar pelayanan yang layak agar masyarakat mau menghargai lebih tinggi. Jadi “murah” tidak selalu berasosiasi dengan rendahnya tarif. Untuk ini perlu adanya standarisasi pelayanan dan survey willingness to pay. Penelitian menunjukkan bahwa kualitas perjalanan dan pelayanan yang baik akan menaikkan willingness to pay secara signifikan. Dengan pengelolaan yang modern besar kemungkinan bisa diselenggarakan layanan yang bagus dengan harga „pantas‟ dan kemungkinan tanpa perlu adanya subsidi. Tarif dihitung berdasarkan long-run marginal cost pricing dimana termasuk biaya untuk menyesuaikan armada, biaya riset dan pengembangan sehingga memungkinkan pembinaan yang efektif. Perhitungan ini cenderung akan menaikkan tarif hingga bisa terjadi defisit.

Penentuan tariff yang optimal, disamping mempertimbangkan kesediaan masyarakat pengguna untuk membayar sesuai dengan pelayanan yang diberikan (willingness to pay) tetapi juga harus memperhatikan ability to pay atau kemampuan masyarakat mengeluarkan uang atas jasa yang diperolehnya. Disamping itu juga harus memperhatikan biaya operasional kendaraan. Dari ketiga komponen itulah akan diperoleh tariff optimal, sehingga akan dapat ditentukan jumlah subsidi yang harus ditanggung APBD.

Agar keberadaan transportasi missal busway memberikan dampak yang optimal, baik bagi pengelola, pengguna (masyarakat) dan Pemerintah Daerah sebagai regulator, maka perlu dilakukan kajian yang komprehensif tentang kebijakan penetapan tariff yang paling optimal, sehingga masih terjangkau oleh kemampuan masyarakat pengguna tanpa melupakan standar pelayanan yang seharusnya diberikan, tetapi juga tidak memberatkan APBD karena pemberian subsidi. Tarif yang ditetapkan harus memperhatikan keekonomian pengelolaan busway tanpa melupakan tujuan pelayanan kepada masyarakat.

Selengkapnya...

Novel Kemilau Permata Cintaku

Angin dingin menerobos kisi-kisi jendela dan membelai tubuhku yang sedang tafakur diatas sajadah. Pagi masih begitu hening ketika aku sempurnakan doa sholat tahajud. Tak terasa air mata menetes membasahi pipi. Akhir-akhir ini sholat tahajud seolah menjadi pelipur lara. Dalam sholat tahajud itu, aku merasakan begitu dekat, karena dapat berkomunikasi secara langsung dengan Sang Pencipta, untuk menumpahkan segala rasa yang terpendam dan begitu menyesakkan dada. Sudah beberapa bulan terakhir berbagai permasalahan keluarga menderaku dan kurasakan begitu menyiksa.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul empat pagi, ketika aku beranjak dari sajadah kesayanganku dan menyudahi doa panjang yang selalu kupanjatkan sambil berurai air mata. Air mata bahagia usai bercengkerama dengan Sang Khaliq. Sehabis sholat tahajud, aku tidak langsung tidur. Sambil menunggu sholat subuh, aku mulai membuka-buka beberapa buku psikotes yang beberapa waktu lalu sengaja kubeli di Gramedia Depok. Buku-buku itu masih berserakan di kasur. Semalam aku merencanakan untuk belajar. Tetapi apalah daya, badan yang sudah letih setelah seharian bekerja ternyata tidak mau diajak berkompromi.

Sejak menamatkan kuliah di salah satu Universitas negeri terkemuka di Kota Bogor, pada awalnya aku bekerja sebagai salah seorang supervisor di perusahaan eksportir ikan tuna di Pulau Dewata. Pekerjaan itu aku jalani sekitar dua tahun. Namun karena aku merasa pekerjaan itu tidak cocok dengan jiwaku, maka aku tinggalkan dan mulai bekerja di sebuah perusahaan konsultan Jepang yaitu Pacific Consultant International (PCI). Di sana aku juga bertahan kurang lebih sekitar dua tahun sebelum akhirnya aku bekerja di perusahaan konsultan yang sekarang.

Sebagai seorang profesional yang berkecimpung dalam bidang riset dan banyak bergulat dengan berbagai penelitian, membuat pekerjaanku seringkali harus dibawa ke rumah untuk diselesaikan. Apalagi kalau deadline laporan sudah mendesak, maka tidak ada cara lain selain segera menyelesaikannya, meskipun harus dengan bekerja lembur. Itulah resiko pekerjaan yang biasa dihadapi oleh seorang konsultan seperti diriku. Dan aku sudah memahami betul resiko pekerjaan itu.

Hari ini, pekerjaan di kantor juga cukup menumpuk. Biasanya aku selalu membawa pulang pekerjaan untuk diselesaikan di rumah. Aku memang mempunyai kebiasaan untuk menyelesaikan pekerjaan setelah sholat tahajud. Sambil menunggu waktu subuh tiba, aku seringkali memanfaatkan waktu yang berharga tersebut untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang masih tertunda. Tetapi hari ini, aku sengaja tidak membawa pekerjaan ke rumah. Aku harus mempersiapkan ujian untuk besok.

Waktu terus bergulir tanpa mempedulikan diriku yang sedang sibuk membuka-buka dan mencoba memahami berbagai soal yang ada. Dalam kondisi yang semakin terdesak, aku menggunakan metode belajar cepat, yaitu hanya membuka-buka halaman demi halaman setiap buku untuk melihat-lihat contoh soal yang ada di masing-masing buku. Setelah adzan subuh berkumandang, akupun pasrah. Aku hanya berusaha meyakinkan diri pasti bisa melalui test nanti.

Jakarta, Desember 2009
PDA

(Untuk dapat membaca secara lengkap Novel ini dapat menghubungi Penulis novel di: pujidwi@yahoo.com)
Selengkapnya...

KEABADIAN CINTA

Ketika cinta datang menghampiri
Dia hadir tanpa permisi
Menyelinap diantara relung-relung hati
Setiap insan yang dia maui

Bagai sebuah misteri
Cinta juga bukanlah logika
Yang dapat dipahami dengan akal semata
Namun lebih pada rasa
Tidak hanya ditangkap mata
Yang merasuk ke dalam jiwa
Dia takan pernah mati
Meski dihunus seribu belati
Cinta akan tetap hidup abadi
Dia hanya bertransformasi……..

Jakarta, 13 July 2010
PDA
Selengkapnya...

Friday, July 9, 2010

Kuliner Makasar Yang Memanjakan Lidah Jilid I


Ketika kita menginjakkan kaki di kota "Angin Mamiri", kita akan dihadapkan pada kondisi Bandara Sultan Hasanuddin yang cukup menarik perhatian. Bandara yang dibangun beberapa tahun yang lalu ini masih menjadi ikon pertumbuhan perekonomian kota Metropolitan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) ini. Struktur bangunan bandara yang cukup modern akan memanjakan kita dengan fasilitas yang ada. Paling tidak untuk ukuran bandara di tanah air. Struktur bangunan bandara juga cukup unik dengan atap bandara yang bermotifkan kain sutera mandar, yang merupakan kain khas Sulawesi Selatan ini.

Fasilitas yang ada di Bandara Sultan Hasanuddin ini juga sudah cukup lengkap. Moda transportasi yang tersedia di bandara ini juga cukup memadai. Taksi Bandara maupun keberadaan Bus Damri siap mengantarkan kita ke tujuan yang akan dicapai. Kondisi taksi yang tersedia di Bandara juga sudah cukup baik. Kondisi mobilnya masih cukup baik, sehingga perjalanan yang kita tempuh menjadi cukup nyaman.
Kota Makassar yang merupakan salah satu kota pantai di Sulawesi Selatan ini, menjadikan suhu udara di kota ini cukup menyengat dan membakar kulit. Namun teriknya panas matahari di kota akan terhapus oleh keberadaan wisata kuliner yang tersedia di kota ini. Banyak sekali ragam kuliner yang bisa kita nikmati dengan berbagai pilihan rasa. Salah satu kuliner yang takkan dilewatkan bagi orang yang berkunjung ke Makassar adalah ikan bakarnya. Bagi saya yang sudah beberapa kali datang ke kota ini, ikan bakar di kota ini juga tidak pernah membuat bosan untuk menikmatinya. Perpaduan antara ikan segar dengan sambal yang begitu menantang menjadikan seleraku selalu tergugah ketika memasuki kota ini untuk menikmati ikan bakar.
Ada beberapa tempat untuk menikmati ikan bakar di Kota Angin Mamiri ini yang saya rekomendasikan. Paling tidak ada dua tempat yang selama ini selalu saya datangi ketika menginjakkan kaki di kota ini. Salah satu tempat itu adalah RM. Lae-Lae. Di rumah makan inilah sejak saya mahasiswa sekitar 14 tahun yang lalu hingga terakhir beberapa saat yang lalu masih saya kunjungi untuk melepaskan kerinduan akan aroma ikan bakarnya. Rumah makan ini berlokasi di sekitar Pantai Losari yang merupakan pantai pusat keramaian di kota ini. Di sekitar Pantai Losari sebenarnya cukup banyak terdapat pilihan tempat makan yang menyediakan menu ikan. Namun saya selalu singgah di RM. Lae-Lae ini, karena disamping untuk bernostalgia juga rasa dan aroma ikan bakar dan sambalnya terasa begitu pas di lidah saya.
Setiap hari rumah makan ini akan selalu ramai dikunjungi oleh para penikmat berbagai masakan dari ikan dan biota laut lainnya. Memang tempatnya cukup sederhana. Di rumah makan ini juga tidak tersedia ruang ber-AC, sehingga kalo kita makan di tempat ini, jangan kaget kalau asap hasil pembakaran ikan bercampur aroma ikan bakar akan memenuhi ruangan. Namun justru disitulah mungkin yang menambah nikmatnya makan ikan di tempat ini. Bicara harga, juga kita tidak perlu khawatir. Jangan pernah bandingkan makan ikan di sana dengan di Jakarta. Pokoknya masalah harga cukup terjangkau dibandingkan dengan aroma dan rasa yang ditawarkan.
Tempat lain yang tidak kalah memikatnya untuk menikmati ikan bakar di Makassar adalah RM. Paotere. Rumah makan ini berlokasi tidak jauh dari Pelabuhan Perikanan Paotere, sehingga namanya menjadi RM. Paotere. Dibandingkan RM. Lae-Lae, rumah makan ini terlihat lebih elit. Di tempat makan ini juga tersedia ruangan yang dilengkapi pendingin ruangan, sehingga suasana panas terik di luar tidak akan menganggu kenikmatan kita menikmati aroma ikan yang masih begitu segar karena baru didaratkan pagi harinya oleh nelayan di pelabuhan tersebut. Masalah rasa, rumah makan ini juga sangat saya rekomendasikan, karena menurut saya begitu maknyus. Bahkan beberapa petinggi di negara ini pernah menikmati sedapnya ikan bakar di rumah makan ini. Tak tanggung-tanggung, seorang SBY juga tidak ketinggalan untuk mampir dan menikmati ikan bakar Paotere ini. Jangan tanya mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Beliau adalah pelanggan dan penikmat ikan bakar Paotere ini. Dan kalau kita lihat foto-foto yang terpajang di dinding, beberapa menteri negeri ini juga pernah singgah di rumah makan ini. Jadi saya tidak salah kalo merekomendasikan tempat ini untuk menikmati ikan bakar Makassar.

Selengkapnya...

Sunday, June 20, 2010

Wisata Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kota ini merupakan salah satu kota yang dilewati oleh jalur utama pantai selatan. Kota Tasikmalaya sendiri baru berdiri sekitar 5-6 tahun yang lalu. Sebelumnya wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Tasikmalaya. Sehingga dari sisi umur, kota ini masih relatif muda. Ibarat seorang anak, umur 5 tahun merupakan saat-saat mulai belajar mengenal lingkungan sekitar.

Demikian juga yang terjadi dengan Kota ini. Di umurnya yang ke lima tahun ini, kota ini masih mencari jati diri kemana akan melangkah. Sebagaimana kota-kota yang lain yang ada di tanah air, Kota Tasikmalaya mulai bergeliat membangun wilayahnya. Berdasarkan visi dan misi yang ditetapkan, kota ini mengarah pada kota jasa. Hal ini mengingat potensi sumberdaya alam yang ada di wilayah ini relatif kecil. Karena itu pilihan menjadi kota jasa merupakan pilihan yang sangat bijaksana.
Untuk dapat mencapai Kota Tasikmalaya dari Jakarta dan Bandung dapat ditempuh melalui jalur darat yaitu menggunakan kendaraan pribadi, bus ataupun kereta api. Saat ini, transportasi bus ke Kota Tasikmalaya sudah cukup banyak, baik Jakarta maupun dari Bandung. Dari Jakarta bus yang melayani trayek ke Tasikmalaya ada beberapa armada. Namun yang cukup nyaman adalah Bus PO Budiman dan PO Primajasa. Kedua armada tersebut menyediakan bus yang ber-AC, sehingga perjalanan Jakarta-Tasikmalaya yang cukup jauh dapat ditempuh dengan nyaman.
Sedangkan transportasi kereta api dari jakarta dilayani oleh kereta kelas ekonomi. Beberapa waktu yang lalu, sebenernya pernah dikembangkan kereta api kelas eksekutif dari Jakarta-Tasikmalaya pp. Namun karena masyarakat yang memanfaatkan kereta tersebut tidak sebanding dengan biaya operasi, maka kereta api kelas eksekutif tersebut sudah setahun terakhir ini dihapus.
Perjalanku ke Tasikmalaya kemarin menggunakan kendaraan pribadi. Perjalanan ini sebenernya dalam rangka dinas, yaitu mau ke Inspektorat Kota dan Sekretariat Dewan Kota Tasikmalaya. Kami berangkat dari Jakarta sekitar pukul lima sore. Seperti hari-hari biasanya, begitu keluar kantor di sekitar Gambir, kami sudah disergap oleh kemacetan yang lumayan membuat perjalanan tidak nyaman. Apalagi dari informasi ternyata telah terjadi kecelakaan lalu lintas antara busway dengan pengendara sepeda motor di daerah senen. Namun, itulah kondisi Jakarta di sore hari. Kecelakaan yang terjadi di sekitar Senen, namun imbasnya sampai terasa di sekitar Gambir. Untuk menghindari kemacetan, kami sengaja memilih jalur lewat Kuningan, dengan asumsi jalan sekitar Salemba Raya dan sekitarnya pasti lebih macet. Ternyata, perkiraan kami meleset. Sepanjang jalan HR. Rasuna Said pun sangat macet. Sekitar pukul tujuh malem kami baru bisa masuk tol dalam kota. Setelah istirahat tuk makan malem di peristirahatan KM 32, kami melanjutkan perjalanan melalui tol Cipularang. Malem itu, kondisi tol Cipularang lumayan sepi, sehingga kami dapat memacu kendaraan rata-rata 100 km/jam.

Bersambung....
Selengkapnya...

Tuesday, January 26, 2010

Kubuka hariku kembali

Ketika mulai kelangkahkan kakiku lagi,
setelah sekian lama aku terbelenggu,
dalam keterasingan yang tak berujung,
kini....
mulai kuhirup lagi segarnya udara,
dan kurasakan teriknya panas mentari,
dan....
kembali kubuka lembar-lembar hariku lagi...... Selengkapnya...